Saturday, November 22, 2008

TRAGEDY OF COMPROMISE (Bag 3)

3. Melebarkan Jalan Setapak
Penginjilan Ekumenis dan Billy Graham
Kelihatannya aneh, gerakan Injili Baru mulai melambung di atas sayap penginjilan. Praktek "penginjilan ekumenis" (ecumenical evangelism), yang memanfaatkan kekuatan gereja-gereja yang berasal dari bermacam-macam keyakinan theologis, menjadi mesin pendorong populer gerakan tersebut.

Evangelikalisme (Injili) dan Evangelisme (Penginjilan)
Orang Kristen yang percaya kepada Alkitab senantiasa memegang teguh perintah Kristus untuk memberitakan Injil kepada dunia. Walaupun mengalami tekanan kultural dan theologis yang hebat, orang-orang percaya pada Abad Pertengahan tetap bersaksi demi kebenaran. Para penguasa gereja Katolik Roma memburu mereka tanpa belas-kasihan, namun mereka terus memberitakan Injil di seluruh benua Eropa. Keprihatinan atas kemurnian Injil-lah yang menyulut Reformasi, Luther menekankan bahwa keselamatan hanya karena iman saja tanpa perlu embel-embel gerejawi yang mengaburkannya. Kebangkitan misi besar yang dikirim ke negeri-negeri yang tidak mengenal Tuhan jelas merupakan bukti perhatian banyak orang terhadap keselamatan orang-orang yang terhilang.

Di Inggris dan Amerika gerakan penginjilan besar berkembang. Di bawah pemberitaan George Whitefield yang hebat, banyak orang ditobatkan. Kemudian D. L. Moody memberitakan Injil ke kota-kota besar Amerika dengan bentuk kampanye besar-besaran. Gaya ini diteruskan oleh evangelis-evangelis terkenal seperti R. A. Torrey, Bob Jones, Sr., dan J. Wilbur Chapman. Billy Sunday, evangelis penuh warna yang terkenal di kota-kota, mendorong ribuan orang untuk "menggebrak jalan-jalan setapak", dan mereka menelusuri jalan-jalan kecil berdebu di bawah naungan kemah-kemah yang didirikan untuk kampanye Sunday.

Institut-institut Alkitab (kemudian hari menjadi sekolah tinggi Alkitab) seperti Moody Bible Institutes didirikan dengan tujuan utama melatih anak-anak muda untuk memenangkan jiwa bagi Kristus. Sekolah-sekolah seperti Bob Jones University dan John Brown University didirikan oleh para evangelis. Charles E. Fuller dan lainnya menutupi gelombang udara dengan Injil Kristus. Misi-misi penyelamatan seperti Pacific Garden Mission di Chicago menjadi mercusuar Kristus ditengah-tengah perkampungan gelandangan di Amerika.

Jika ada suatu kegiatan yang dekat di hati kaum injili di dunia ini, maka itu adalah penginjilan. Namun bukan berarti bahwa semuanya adalah saksi yang bersemangat, namun orang-orang yang sungguh-sungguh lahir baru kelihatannya memiliki hati yang khusus untuk pergi memberitakan Injil. Tragisnya, dalam hal inilah mereka terhalang, sehingga mereka mengadopsi metode penginjilan yang bertentangan dengan Firman Allah. Kepentingan mereka yang kuat di dalam penginjilan menyebabkan banyak di antara mereka yang hanyut ke dalam metodologi baru. Kedengarannya begitu menarik dan kelihatannya sangat berhasil. Siapakah yang begitu tidak rohaninya sehingga menantang seorang evangelis atau penginjilannya? Perbuatan ini dipandang banyak khalayak sebagai suatu pelanggaran terhadap kekudusan. Bukankah kita ada di dunia ini untuk menginjil? Jika seseorang melakukan penginjilan, memenangkan banyak jiwa bagi Kristus, bukankah kita harus mendukungnya? Hal ini merupakan pemikiran (dan tetap menjadi pikiran) banyak orang. Apakah yang akibatkan oleh kekacauan dan konflik di dalam gereja Kristus ini?

Mulai Jatuh Ke Pinggiran Yang Licin
Tampil seorang di panggung penginjilan Amerika, yang mengubah pendekatan penginjilan banyak gereja untuk selamanya. Namanya adalah Billy Graham. Tak pelak lagi, bahwa hampir boleh dikatakan ia sendirilah yang mempopulerkan alasan dan prinsip-prinsip Injili Baru dan menyukseskannya. Harold Ockenga, yang sudah kita identifikasikan mungkin sebagai "bapak" Injili Baru, tanpa ragu menyatakan bahwa Billy Graham adalah "jurubicara dan teladan dari Injili Baru".[1] Pada tahun 1958 ketika masih muda, Graham disebut sebagai "pemimpin matang dari sebuah gerakan baru yang penting dalam Kekristenan modern.... Graham berdiri di garis terdepan komunitas Injili Baru".[2]

Saya ingat dengan Billy Graham muda. Pada tahun 1940-an ia adalah seorang narasumber populer untuk Youth for Christ dan biasa mengunjungi almamater saya secara berkala. Dengan perawakan tinggi, gerak-geriknya canggung dan tampan, ia dengan mudah dikenal jika muncul di kampus.

Karena posisinya, Bob Jones University sering "menyerang" filosofi penginjilan Graham, maka adalah menarik dicatat bahwa pada masa awalnya yang fundamentalis, Graham bukan hanya seorang mahasiswa di Universitas itu, tetapi ia juga seorang pengagum berat pendiri Universitas tersebut, Bob Jones, Sr. Pada tahun 1944 ia menulis kepada Bob Jones, Jr., dan mengatakan, "Saya ingin anda pribadi yakin atas kasih dan kesetiaan saya kepada anda, Dr. Bob Senior, dan segala hal yang dipertahankan oleh Sekolah Tinggi Bob Jones". Kemudian pada Oktober 1950, Billy menulis kepada Bob Jones, Sr., dan berkata, "Mohon juga percaya kepada saya, saya membutuhkan saran dan nasehat anda dan mendambakan pengalaman anda yang panjang untuk menuntun saya melewati berbagai jebakan. Kaum modernis mulai menulis surat menentang saya... Kami semua, para evangelis muda memandang anda sebagai seorang ayah".[3]

Pada masa itu asosiasi Graham dan pelayanannya ada di pihak gerakan fundamentalis. Bapak fundamentalis yang besar, W. B. Riley, gembala dari The First Baptist Church of Minneapolis, telah mendirikan Sekolah-sekolah Northwestern di kota itu. Riley berencana akan melepaskan kepemimpinan institusi-institusi tersebut, dan secara pribadi memilih Billy Graham untuk menggantikan dirinya sebagai pimpinan. Graham hanya bertahan tiga setengah tahun dalam kapasitas ini, tetapi ia tidak pernah merasa nyaman dengan jabatan tersebut. Sekolah Northwestern menghadapi kesulitan keuangan dan akhirnya tutup untuk sementara, namun kemudian dibuka kembali di kampus lain di pinggir kota St. Paul. Sekolah tinggi tersebut jatuh ke tangan Injili Baru dan terus bergaya demikian. Seminari yang didirikan Riley, dan pernah suatu waktu dipimpin oleh Graham, dipindahkan ke fasilitas Fourth Baptist Church of Minneapolis yang digembalakan oleh Richard Clearwaters, dan diberi nama baru Central Theological Seminary, dan diteruskan sebagai fundamentalis yang merupakan institusi yang separatis.

Graham mulai mengkhususkan perjuangan di kota-besar, dan dalam jangka waktu tertentu disponsori oleh gereja-gereja fundamental. Ketika Graham menjadi kepala editor majalah W. B. Riley, The Pilot, sang kepala majalah ini memproklamirkan "sikap militan terhadap Modernisme dalam segala bentuk". Ia duduk sebagai Dewan Kerjasama The Sword of the Lord, surat kabar fundamentalis yang kuat, yang diedit oleh John R. Rice. Ia adalah sahabat pribadi Bob Jones, Sr., dan Bob Jones, Jr., dan dianugerahi gelar doktor kehormatan oleh Bob Jones University. Bob Shuler, gembala fundamentalis besar dari Trinity Methodist Church di Los Angeles dan sahabat Graham, menulis di dalam Methodist Challenge, "Tak satupun evangelis besar yang pernah menerima sponsor dari kaum modernis. Billy sendiri bukan saja menolak untuk melaksanakan kampanye di bawah sponsor mereka, tetapi secara terbuka menyatakan bahwa ia tidak pernah akan menerima sponsor tersebut. Dalam kampanyenya di Los Angeles, saya pribadi melihat dan mendengarnya menolak kesepakatan dan kerjasama dari 'Church Federation' yang mewakili 'Federal Council', yang kini bernama 'National Council'".[4]

Selama bertahun-tahun Billy Graham adalah seorang fundamentalis. Ia didukung oleh kaum fundamentalis. Ia berbicara di dalam pertemuan fundamentalis dan membantu badan-badan fundamentalis. Namun sesuatu telah terjadi; ada yang berubah. Apakah yang mendorong sang evangelis muda itu berubah dari seorang fundamentalis menjadi pemimpin terkemuka Injili Baru?

Beberapa kejadian mulai memperingatkan para pemimpin fundamentalis dan membuat mereka bertanya-tanya apa yang sedang terjadi dengan Graham. Secara terbuka ia mendukung Alkitab Revised Standard Version dalam kampanyenya di Pittsburgh sebelum Alkitab itu terbit untuk diuji. Terjemahan ini dibuat oleh para cendekiawan liberal dibawah bantuan National Council of Churches. Keraguan semakin bertambah ketika laporan mengenai kampanye Graham di Jepang mulai terdengar di negeri ini. Nama para gembala dan pemimpin agama terkemuka yang bekerjasama adalah para anggota "Kyodan", yaitu dewan gereja Jepang yang sama dengan National Council of Churches yang liberal. Kaum liberal Jepang yang terkemuka tampil di depan bersama Graham. Tindakan tersebut menimbulkan kebingungan besar dari kalangan misionari di negeri tersebut yang mengambil sikap menentang "Kyodan".

Kecenderungan serupa mulai muncul dalam beberapa kampanye Graham di Inggris Raya. Orang-orang dari gereja Liberal mengambil bagian di dalam pemberitaan itu. Orang yang keluar dari gereja dinasehatkan agar kembali ke Gereja Inggris yang liberal. Para pemimpin fundamentalis di negeri itu kecewa, karena merasa bahwa orang yang menyatakan diri sebagai seorang saudara fundamentalis telah menjual murah pendiriannya. Dalam kampanyenya di Skotlandia, Billy melepaskan sebutan "fundamentalis", dengan menyatakan bahwa istilah itu mengandung aura kefanatikan dan sempit, yang tidak ia nyatakan. Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Tom Malone dalam mempertahankan perkembangan kebijakannya untuk bekerjasama dengan kaum liberal, Graham menyatakan bahwa perbedaan doktrin tersebut tidaklah demikian serius. "Mereka berbeda dengan kita mengenai penginspirasian Alkitab dan mengenai teori tentang penebusan".[5] Tentu saja perbedaannya jauh lebih banyak dari yang dikatakan ini, tetapi meskipun dibatasi dengan hal-hal ini saja, perbedaan-perbedaan tersebut sudah sangat signifikan.

Sudah semakin jelas bahwa Billy Graham telah mengubah pendiriannya dan sudah jelas bukan lagi seorang fundamentalis seperti dahulu. Dalam suratnya kepada Dr. James, editor surat kabar Southern Baptist, "Baptist Standard", Graham mengatakan bahwa ia merasa Program Kerjasama Southern Baptist merupakan program terbaik di dunia dalam mendorong orang Kristen untuk memberi, dan bahwa mereka yang menentang program itu tidak memahami perumpamaan tentang gandum dan ilalang, dan ingin mencabut akar ilalang itu sekarang, bukan membiarkannya sampai pada hari penghakiman. Dukungan demikian sangat mengecewakan pihak-pihak yang menentang Program Kerjasama itu, karena lembaga itu mendanai sekolah-sekolah tinggi, seminari liberal, dan kerja keras misionari yang menghancurkan iman ribuan orang. Dosen-dosen tulen liberal dan neo-orthodoks seperti Emil Brunner dan Robert McCracken menjadi dosen tamu terhormat di lembaga-lembaga Southern Baptist yang didanai oleh Program Kerjasama. Setelah membaca pernyataan Graham, John R. Rice bertanya kepadanya melalui surat, sebagai salah seorang anggota Dewan Kerjasama Sword of the Lord, apakah ia dengan kesadaran masih bisa terus menandatangani pernyataan doktrinal yang tercantum pada halaman depan setiap terbitan. Pernyataan itu adalah: "Mingguan Independen Kristen, Memegang Teguh Inspirasi Verbal Alkitab, Keillahian Kristus, Penebusan DarahNya, Keselamatan Karena Iman, Pemenangan Jiwa Perjanjian Baru, dan Kedatangan Premilenial Kristus, Menentang Modernisme, Keduniawian dan Formalisme". Dalam jawabannya, Graham menyatakan bahwa ia tidak yakin dirinya masih menyetujui pernyataan doktrinal seperti yang diemban oleh mingguan tersebut dan mengajukan pengunduran dirinya dari Dewan Kerjasama.

Apa yang terjadi dengan Billy Graham? Apakah ia dikalahkan oleh godaan popularitas? Apakah ia menyimpulkan bahwa menjadi seorang fundamentalis akan membuat dirinya terkucil dari kebanyakan elit agama di dunia ini? Dalam kampanyenya pada tahun 1949 di Los Angeles sebelum putus hubungannya dengan fundamentalisme secara terbuka, ia menarik perhatian William Randolph Hearst, tokoh surat kabar yang terkemuka. Ketika menceritakan pengalamannya di Los Angeles, Graham mengatakan bahwa suatu malam ia memperhatikan "para wartawan dan juru foto memenuhi semua tempat. Salah seorang memberitahu kepadanya bahwa mereka menerima sebuah memo dari Mr. Hearst yang berbunyi, 'Lambungkan Graham,' dan dua surat kabar Hearst memberikan publikasi yang luas tentang diri saya. Surat kabar lainnyapun segera menyusul".[6]

Fakta bahwa Graham telah berubah tak dapat dipungkiri. Timbul perdebatan yang seru tentang apakah perubahan tersebut baik atau buruk. Martin Marty, seorang liberal, menganggap perubahan Graham sebagai hal yang positif: "Ia telah berubah dan dewasa... Semua mengatakan bahwa Graham mengusung Injili Baru, kini disebut Injili, ke dalam orbit ekumenis tanpa membuatnya kehilangan jiwanya... Sementara banyak kalangan fundamentalis dan injili masih berdesak-desakan dengan kebanggaan sektarian, Graham akan menolak datang ke kota anda, jika undangan itu tidak mendapat dukungan luas oleh 'persekutuan gereja' ".[7] Kalangan lain menganggap bahwa Graham meninggalkan taraf yang tinggi menuju taraf yang rendahan. "Namun Graham lebih cocok sebagai anak yang hilang daripada seorang musafir. Perjalanannya merupakan pelarian progresif dari seorang Kristen berakar fundamental yang solid ke negeri jauh yang ekumenis-kompromistis".[8]

Bob Shuler, seorang pemimpin fundamentalis yang mengenal baik Graham seperti juga dengan yang lainnya, memberikan hasil pengamatan ini: "Tetapi percayalah kepada saya, ada sebuah jurang pemisah besar di antara Billy Graham yang saya lihat, saya kenal dan kasihi serta yang saya percayai dalam kebangunan rohani di Los Angeles, karena ia berdiri teguh tanpa ikatan kompromi dan mengumumkan bahwa ia tidak akan bersekutu baik secara pribadi maupun dalam pelayanan Injilnya dengan kaum liberal dan modernis di kota besar tersebut - saya katakan, bahwa ada penghalang yang tak terjembatani antara posisi separasi dan sikap yang ditunjukkan oleh evangelis besar ini di New York dan San Francisco".[9]

Sungguh menyedihkan harus menuliskan kata-kata demikian!

Jejak Kompromi Yang Panjang

Ulat Dalam Apel Besar

Walaupun Billy Graham mulai melemahkan posisinya sebelum tahun 1957, namun pada tahun itulah titik balik utama kariernya terjadi. Pada tahun 1951 sekelompok pelayan fundamentalis di New York City mengadakan pertemuan dan memutuskan mengundang sang evangelis untuk mengadakan sebuah kampanye pemberitaan Injil. Graham menjawab mereka, bahwa ia tidak akan hadir kecuali jika semua gereja Protestan di daerah itu diundang untuk mengambil bagian dan semua gereja yang bekerjasama terwakili di dalam berbagai komite kampanye itu. Jack Wyrtzen, seorang pemimpin pemuda New York yang terkemuka, dan sekitar sepuluh orang fundamentalis yang lain merasa bahwa mereka tidak bisa masuk di dalam kampanye demikian, kecuali orang-orang dan gereja-gereja yang bekerjasama setuju menandatangani suatu pernyataan doktrinal fundamentalis. Sebuah pernyataan doktrinal dirancang, disetujui oleh Graham, tetapi ditolak oleh anggota-anggota Komite Eksekutif tertentu. Beberapa anggota mengundurkan diri. Kemudian Graham menulis sepucuk surat kepada Komite tersebut, dimana ia mendesak agar "komite secara bulat harus mendukung program ekumenis bersemangat yang akan ditunjukkan melalui kampanye itu" dan harus "menunjukkan semangat kasih ekumenis kepada semua kelompok".[10] Setelah berkali-kali diskusi, Graham menolak undangan kaum fundamentalis itu seperti yang juga ia lakukan terhadap undangan lain yang disampaikan pada tahun 1954. Akhirnya ia menerima undangan dari Dewan Protestan New York, sebuah afiliasi Dewan Gereja Nasional (National Council of Churches).

Pada tahun 1957 pertemuan itu (yang dinamakan General Crusade Committee, selanjutnya kita sebut saja Crusade) dilaksanakan di New York City. Hadir tokoh-tokoh liberal yang terkemuka, termasuk Henry P. Van Dusen, yang ketika itu menjadi Ketua Union Theological Seminary di New York, salah satu kelompok sayap kiri dan liberal ranking tertinggi di Amerika. Meski faktanya demikian, Graham menyambutnya sebagai seorang pemimpin religius besar dan seorang yang dimenangkan oleh Billy Sunday[11]. Yang juga hadir disitu adalah modernis Methodis Ralph Sockman, mantan anggota organisasi front-Komunis, "Methodist Federation for Social Action". Tokoh terkemuka lainnya di dalam Crusade itu adalah John Sutherland Bonnell, gembala liberal dari Fifth Avenue Presbyterian Church. Graham menjadi pembicara tamu dari sayap-kiri Colgate-Rochester Divinity School, sebuah kubu yang sesat. Pengacara James Bennett, penduduk lama New York City yang merupakan seorang pemimpin Kristen yang kuat selama bertahun-tahun, memperkirakan bahwa General Crusade Committee dihadiri kira-kira 120 modernis dan orang tidak percaya, serta kira-kira duapuluh fundamentalis. Komite Eksekutifnya terdiri atas limabelas modernis dan lima fundamentalis.

Partisipasi yang sama sekali palsu dari kaum liberal di dalam kampanye besar seperti ini merupakan peristiwa pertama dalam penginjilan di Amerika. Mereka menonjol di mimbar dan banyak di antara mereka yang memimpin doa di dalam sesi-sesi lain pada pertemuan itu. Gereja mereka menerima ratusan kartu suara. Marble Collegiate Church, yang digembalakan oleh Norman Vincent Peale, yang pasti tidak akan disebut fundamentalis atau pelayan alkitabiah, menerima kartu suara yang terbanyak dibandingkan dengan semua gereja di New York.[12]

Angin Jahat dari Golden Gate
Crusade berikut di San Francisco meneruskan kecenderungan yang dibangun di New York. Anggota-anggota General Crusade Committee adalah orang-orang seperti Lowell Berry, seorang anggota dewan pengawas Pacific School of Religion, yang pada waktu itu merupakan orang Yahudi yang sedang praktek lapangan, adalah anggota staff pengajar; Fred Parr, anggota dewan dari institusi yang sama; dan Mrs. William Lister Rogers, pencetus "Festival Iman" yang terkenal negatif yang diselenggarakan pada tahun 1955 di Cow Palace dengan peserta enam agama - Kristen, Yahudi, Islam, Budha, Hindu dan Confucianisme. Pada saat perjamuan pembukaan Crusade, Graham diperkenalkan oleh Sandford Fleming, mantan ketua Northern California Council of Churches, yang bertahun-tahun menjadi ketua Berkeley Baptist Divinity School, sebuah institusi yang terkenal karena oposisinya terhadap kebenaran alkitabiah.

Spiral Yang Terus Melingkar Ke Bawah
Pada tahun 1961 Graham mengajukan pemikiran mengenai masalah baptisan bayi. Dalam sebuah terbitan Lutheran, pendapat dari Graham tersebut dimunculkan: "Saya masih mempunyai beberapa masalah pribadi dalam masalah baptisan bayi ini, tetapi, semua anak saya, kecuali yang terkecil, dibaptis ketika masih bayi... Saya percaya bahwa sesuatu terjadi pada saat seorang bayi dibaptis. Kita tidak bisa sepenuhnya memahami misteri Allah, namun saya percaya sebuah mujizat dapat terjadi pada anak-anak tersebut, sehingga mereka dilahirbarukan, yakni, menjadi Kristen melalui baptisan bayi".[13]

Dalam konvensi tahunan Full Gospel Businessmen's Fellowship yang kesepuluh di Seattle pada tahun 1962, Graham menjadi pembicara utama. Ia memperluas hubungannya dengan orang Pentakosta dan kharismatik selama bertahun-tahun. Pada tahun yang sama ia menyelenggarakan sebuah pertemuan ekumenis di Chicago. Para gembala dan gereja kuat yang memegang teguh Alkitab di daerah itu menentang pertemuan tersebut, namun Graham berjalan terus dengan kecepatan penuh. Di antara pemimpin yang ikut dalam pertemuan itu adalah Charles Crowe, gembala First Methodist Church of Wilmette yang liberal; August Hintz, seorang Baptis liberal dan gembala North Baptist Church; dan H. S. Chandler, wakil ketua eksekutif Church Federation of Greater Chicago. Alan Redpath, yang kemudian menjadi gembala Moody Church, memberikan sambutan dalam acara makan pagi para gembala dan mendukung pertemuan itu.

Penilik Methodist liberal sayap-kiri, Gerald Kennedy, menjadi ketua crusade Graham di Los Angeles pada tahun 1963. Inilah Kennedy yang menuliskan, "Saya percaya kesaksian Perjanjian Baru, dilihat secara keseluruhan, adalah bertentangan doktrin keillahian Yesus, meskipun saya merasa banyak sekali saksi yang mendukung keillahian Yesus".[14] Orang demikian kelihatannya tidak memenuhi syarat untuk terlibat di dalam suatu pengabaran Injil.

Pada tahun yang sama, dalam pemberitaannya di Uruguay, Graham menampilkan gembala First Methodist Church dari Montevideo sebagai wakil ketua dari kampanye itu. Tokoh ini secara terbuka mendukung teori evolusi dan dilaporkan pernah mengatakan bahwa allah Budha adalah sama dengan Allah kita, walaupun cara pendekatan kita kepadaNya berbeda.[15]

Sambil berjalan di jalan ekumenisnya, Graham bergerak semakin dekat kepada National Council of Churches maupun gereja Katolik Roma. Ia menjadi pembicara utama dalam pertemuan National Council di Miami, Florida, 4-9 Desember 1966. Dalam perkataannya ia menyatakan, "Saya merasa terhormat dan bangga bisa mengambil bagian dalam pertemuan ini bersama anda... untuk mencari pemecahan atas beberapa masalah yang dihadapi di dalam penginjilan masa kini".[16] Sungguh suatu misteri yang tak terpahami mengenai wawasan strategi penginjilan besar apakah yang bisa diberikan oleh orang-orang yang bahkan belum lahir baru itu. Hanya dalam beberapa tahun kemudian, Graham mendapat penghargaan gelar Doctor of Humane Letters dari Belmont Abbey College di Belmont, Carolina Utara, sebuah sekolah Katolik Roma. Sang evangelis menemukan sahabat dari kubu Protestan liberal maupun Katolikisme Roma yang sesat.

Kongres Penginjilan Amerika Serikat yang dilaksanakan di Minneapolis, Minnesota, daerah kantor pusat Graham, pada tanggal 8-13 September 1969. Hadir sembilan puluh dua wakil denominasi. Dua wakil Katolik Roma muncul di dalam program. Ralph Abernathy, ketua Southern Christian Leadership Conference, dan Leighton Ford, evangelis terkenal, dua-duanya membahas tentang perlunya orang-orang Kristen bersikap "revolusioner". Musik konferensi tersebut menampilkan penyanyi folksong dan group-group "rock Kristen". Pat Boone dan The Spurrlows juga ikut bernyanyi. Abernathy menantang pendengarnya untuk menjadi penginjil, menghapuskan perang, rasisme, dan kemiskinan. Ia menyerukan kepada para pendengarnya agar mendesak presiden untuk "mengakhiri perang Vietnam yang tidak berperikemanusiaan; memberi pengakuan kepada China Komunis di PBB; ... menuntut pembagian kemakmuran yang lebih adil di dalam masyarakat, dimana 90% kemakmuran dikuasai oleh hanya 10% warganegara".[17] Alangkah hebatnya pemberitaan Injil ini! Tetapi Abernathy belum selesai. Ia menyatakan, "Kita semua adalah anak-anak dari Allah yang maha tinggi - kita semua bersaudara ...Bawalah Injil Yesus Kristus ke lorong-lorong dan jalan-jalan kecil. Beritahukan kepada semua anak-anak Tuhan, 'Engkau ada artinya; engkau semua ada nilainya; engkau adalah anak-anak Allah'".[18] Jika semua orang adalah anak Allah, untuk apa lagi melaksanakan Kongres tentang Penginjilan?

New York Times menghargai semangat baru keterbukaan di antara kaum fundamentalis yang kini muncul dari isolasi selama bertahun-tahun. "Para pemimpin konservatif mengatakan bahwa kemunculan dari isolasi masa lalu ini dipacu oleh keberhasilan Dr. Graham... Ini adalah sebuah ekumenisme injili baru' ".[19]

Kewajiban orang Kristen untuk terlibat dalam aksi sosial sangat ditekankan di dalam pertemuan di Minneapolis. Harold Ockenga berpidato dalam Kongres itu dan mengamati, "Saya kira kita sebagai kaum injili, dalam suatu jangka waktu, bereaksi terhadap injil sosial Walter Rauschenbusch, dst., telah bereaksi agak berlebihan terhadap wewenang ini, sehingga membuat kalangan kita hanya mengutamakan diri sendiri. Dan pergumulan itu telah berlangsung beberapa dekade. Namun beberapa waktu yang lalu, muncul suatu ikrar yang disebut Injili Baru".[20] Ia meneruskan pernyataannya bahwa Injili Baru memulihkan keseimbangan pengajaran gereja, memadukan catatan keselamatan pribadi dengan tanggungjawab aksi sosial. Seperti juga dengan kebanyakan orang yang mengajukan anggapan demikian, ia tidak menyodorkan otoritas alkitabiah sebagai pendukungnya. Bagian Perjanjian Baru manakah yang berisi perintah kepada jemaat-jemaat Kristus yang terorganisir untuk terlibat di dalam reformasi sosial? Kita tidak menemukan perintah tersebut. Itu adalah hasil pemikiran manusia, bukan deklarasi Allah yang maha kuasa.

Penyakit Itu Menyebar Ke Luar Negeri
Perhatian itu telah muncul di dalam Kongres Penginjilan Dunia Internasional yang dilaksanakan di Lausanne, tahun 1974. Peserta Katolik Roma sangat menonjol, termasuk Benjamin Tonna, Koordinator Penginjilan Vatikan. Perjanjian Lausanne yang dihasilkan dari pertemuan tersebut sangat lemah secara doktrinal; alasannya antara lain adalah karena Kongres itu berpendapat bahwa masalah-masalah seperti baptismal regeneration ("lahir baru karena baptisan") dan berbahasa lidah terlalu kontroversial untuk dibahas.

Pertemuan di Manila, Philipina tahun 1977, sebagian disponsori oleh Dewan Gereja Nasional Philipina. Graham juga berpendapat bahwa "kita telah menerima dukungan yang luar biasa dari Gereja Katolik".[21] Pada tahun yang sama itu, Graham menyelenggarakan sebuah pertemuan di Budapest, Hungaria, sebuah negara Komunis, dimana Graham memuji kebebasan agama yang ditemukannya. Tak satupun perkataan mengenai orang-orang percaya yang menderita di bawah tangan besi komunisme. Para pemimpin kampanye tersebut adalah kaum ekumenikalis kompromistis yang bekerjasama secara terselubung dengan rezim Komunis. Paling sedikit salah satunya adalah anggota Komite Eksekutif dari World Council of Churches.

Graham telah membantu memberikan kredibilitas bagi perkembangan gerakan kharismatik seluruh dunia. Dalam sebuah wawancara ia diminta untuk menilai gerakan kharismatik. Ia menyatakan bahwa "mereka benar-benar telah memberikan dampak besar bagi semua denominasi. Dengan cara baru mereka juga menyatukan banyak orang Kristen yang berasal dari berbagai latar belakang dan keyakinan... Pada umumnya, gerakan tersebut menjadi sebuah kekuatan positif dalam kehidupan banyak orang".[22]

Tahun 1984 dipandang sebagai tahun kerja keras tim Graham di Inggris Raya yang disebut "Mission England." Kampanye ini dianggotai oleh campuran berbagai tokoh agama yang lazim. Uskup Hugh Montefiore, uskup dari Birmingham, mendukung pemberitaan Graham, menulis dan berbicara dengan semangat tentang kepemimpinan tersebut. Tokoh ini tak lain dan tak bukan adalah uskup yang pada tahun sebelumnya menyatakan pandangan bahwa manusia dapat diselamatkan di luar Kekristenan. Ia juga menyatakan bahwa orang Yahudi dapat diselamatkan tanpa Kristus dan tidak akan masuk ke neraka.[23] Sejumlah besar pendukung ada hubungan dengan Gereja Inggris, yang terutama sangat percaya dengan baptismal regeneration of infant (baptisan bayi yang menyelamatkan). Pemimpin-pemimpin agama liberal seperti Uskup Agung Robert Runcie dan Uskup John Baker memuji sang evangelis (Graham) dan pekerjaannya. Ya, ada banyak yang "maju ke depan", namun untuk apa mereka datang? Maurice Rowlandson, yang telah berkali-kali bekerjasama dengan Graham di Inggris, menyampaikan wawasannya, "Anda akan kaget melihat keringanan hati mereka yang maju ke depan. Mereka tidak mempunyai latar belakang; mereka benar-benar tidak tahu apa-apa tentang Injil. Sebenarnya, beberapa di antara mereka hanya ingin menyentuh lapangan sepak bola".[24]

Pada tahun 1985 Billy kembali lagi ke daerah asal pelayanan penginjilan awalnya - Los Angeles. Pemberitaannya di sana didukung oleh lebih dari dua ribu gereja. Robert Schuller dari Katedral Kristal yang terkenal, adalah salah satu di antaranya. Charles Swindoll dari First Evangelical Free Church di Fullerton merupakan pendukung lainnya.

Metode penginjilan dengan cara kompromi yang didukung oleh Billy Graham telah menyebar luas di seluruh dunia melalui berbagai konferensi yang disponsori seluruhnya atau sebagian oleh organisasi Graham. Misalnya, pada bulan Juli 1986, delapan ribu evangelis dan pengerja Kristen bertemu di Amsterdam dalam pertemuan yang diumumkan sebagai International Conference for Itinerant Evangelists (Konferensi Internasional Bagi Pengijil Keliling). Banyak peserta yang datang dengan pembiayaan dari organisasi Graham. Kebanyakan denominasi terwakili, termasuk Katolik Roma dan anggota-anggota gereja Orthodoks. "Dalam sebuah konferensi pers, Graham mengatakan bahwa meskipun ada ketidaksepakatan mengenai metode atau aspek pemberitaan, namun penginjilan adalah satu-satunya kata yang dapat mempersatukan. Menyetujui perlunya menyebarkan Injil, katanya, berarti sebuah 'ekumenisitas' dimana anda tidak bisa bernaung di bawah suatu payung. Ia juga mengingat kehadirannya sendiri di dalam kebanyakan sidang World Council of Churches, dan memperkirakan bahwa 'mayoritas' pesertanya adalah berasal dari denominasi-denominasi WCC".[25]

Disini telah terjadi kesesatan besar. Promosi penginjilan bukan berarti memberi hak kepada seseorang untuk menyeleweng dari perintah Kitab Suci yang sudah jelas. "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu" (Ef. 5: 11). Kita diperintahkan untuk "menjauhi" mereka yang menyebarkan doktrin yang sesat (II Tim. 3: 5). Banyak pemimpin dan peserta pertemuan Billy Graham melakukan "perbuatan-perbuatan kegelapan". Mereka adalah "rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus" (II Kor. 11: 13). Mereka harus ditegur dan dijauhi, bukannya dipuji dan dirangkul.

Menyerempet Masalah di Rusia
Sebelum keruntuhan komunisme di Uni Soviet, Billy Graham berbicara beberapa kali di negeri itu. Tindakan dan perkataannya menunjukkan kekurang-pahaman yang mengkhawatirkan tentang keadaan yang sebenarnya di negeri tersebut. Sebagai misal, dalam kunjungan tahun 1982, Graham merangkul hangat Metropolitan Filaret of Minsk, kepala departemen internasional gereja Orthodoks Rusia yang dikendalikan oleh negara. Ingatlah bahwa orang-orang tersebut berkuasa atas izin otoritas Komunis dan diharuskan bekerjasama penuh dengan para pemimpin atheis mereka. Ketika ia berkhotbah di Gereja Baptis Moskow, seorang wanita muda membentangkan sebuah spanduk yang bertulisan, "Ada lebih dari 150 orang dipenjarakan karena menginjil". Graham mengabaikannya. Waktu ditanya mengenai hal itu, ia mengatakan bahwa bahkan di Amerika Serikatpun ada orang yang ditahan karena menyebabkan kekacauan. Lebih lanjut ia menyatakan, "Disini terdapat banyak perbedaan agama dan cara menjalankannya dengan Amerika Serikat. Tetapi itu bukan berarti tidak ada kebebasan agama di Uni Soviet".[26] Pada saat ia mengucapkan kata-kata tersebut, ratusan orang Kristen yang berani sedang berada di kamp-kamp konsentrasi di Soviet karena kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus dan Injil. Penulis mempunyai persekutuan dengan banyak di antara mereka sejak kejatuhan komunisme. Sungguh suatu pukulan keras bagi mereka ketika mendengar laporan bahwa evangelis terkemuka dunia itu menyatakan bahwa di Rusia ada kebebasan agama! Kita harus mengacungkan jempol kepada majalah Time yang bukan merupakan kubu fundamentalisme, karena catatannya yang penuh wawasan:

Meski demikian, sepanjang minggu, Graham kelihatannya lupa dengan peranan agama yang berbahaya di dalam sebuah negeri yang mengesahkan atheisme-ilmiah dan melarang penginjilan umum. Ia merupakan sebuah negeri dimana hanya gereja Orthodoks Rusia yang diakui secara resmi dan diizinkan dalam keadaan damai yang relatif, sementara kelompok Protestan hanya diberi toleransi jika tunduk kepada larangan pemerintah dan akan diganggu jika tidak mematuhi larangan. Orang Baptis yang mendengar Injil dari Graham boleh mengadakan kebaktian, tetapi mereka tidak bisa memberitakan Firman Allah kepada umum atau mendidik anak-anak mereka sesuai perintah agama.[27]

Gereja Baptis yang digambarkan sambil lalu disini adalah dari "gereja yang terdaftar", yaitu gereja yang setuju untuk tunduk kepada tuntutan para penguasa Komunis mereka. Mereka dibatasi, tetapi saudara-saudara mereka yang lebih berani, yakni "gereja-gereja yang tidak terdaftar" lebih dibatasi lagi. Mereka tidak boleh memiliki gedung gereja, harus bertemu di tempat-tempat rahasia, dan pemimpin-pemimpin terbaik mereka dilucuti dan dikirim ke kamp-kamp konsentrasi.

Sebagai pemimpin Kristen yang dianggap sudah matang, Graham seharusnya lebih menunjukkan kepekaan dan keberanian daripada yang terlihat. Sekali lagi, demi apa yang disebutnya keterbukaan, ia telah berkompromi. M. Stanton Evans sangat tepat ketika menyatakan, "Perjalanan Graham adalah sebuah propaganda ceroboh yang mempesonakan bagi kemenangan Soviet".[28]

Beberapa tahun kemudian, sang evangelis diundang untuk mengambil bagian untuk memperingati seribu tahun "Kekristenan" di Uni Soviet (orang menganggap bahwa gereja Orthodoks yang liturgis dan formalistik adalah sebuah bagian dari Kekristenan). Gereja Rusia menelusuri asal-usul mereka pada tahun 988 ketika pangeran Vladmir membaptiskan orang-orang Kievan Rus (kemudian disebut Rusia) di Sungai Dnieper dekat Kiev. Partisipasi Graham tersebut termasuk berkhotbah di katedral-katedral Orthodoks. Tentu saja ia tidak bicara tentang masalah yang bertentangan dengan pengajaran sesat gereja kuno tersebut. Sebaliknya ia mengatakan, "Saya sungguh merasa terhormat bisa bergabung dengan anda di dalam kesempatan yang bersejarah dan penuh sukacita ini dalam mengenang peringatan 1.000 tahun baptisan di Rusia, yaitu peristiwa baptisan oleh Pangeran Kievan Vladmir". Ia juga mengatakan, "Peristiwa 1.000 tahun baptisan Rusia ini mengingatkan kita semua sebagai orang-orang percaya di dalam Kristus, bahwa hal-hal yang mempersatukan kita jauh lebih penting daripada hal-hal yang cenderung mengisolasi kita".[29]

Adalah skenario yang mustahil: seorang rohaniwan Amerika menyampaikan khotbah penginjilan di Uni Soviet di tengah-tengah perangkap Katedral Orthodoks Rusia yang tenang, dengan didampingi seorang imam besar berjanggut yang mengenakan jubah emas dan topi tinggi yang berdiri bangga disampingnya; dan pejabat-pejabat pemerintah Soviet, serta pemimpin-pemimpin Protestan liberal dari World Council of Churches yang bertaburan di antara ribuan orang yang cukup beruntung menjadi 'sendok-sepatu' di dalamnya. Kebetulan sekali selama perayaan seribu tahun Gereja Orthodoks Rusia pada bulan yang lalu... Peringatan yang menampilkan evangelis Billy Graham di Katedral Santo Vladmir di Kiev, mempersingkat beberapa perubahan dramatis yang jelas terjadi... di dalam gereja.[30]

Tak satu katapun yang mencela praktek kesesatan terhadap gereja tuan rumah! Tidak ada teguran terhadap penyelewengan Firman Allah yang jelas terjadi seperti yang dilakukan Yeremia. Tidak ada keberanian untuk membongkar "ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dan orang-orang munafik", seperti yang diucapkan langsung oleh Tuhan (Mat. 23: 13-14). Yang ada hanya pernyataan "positif", perkataan-perkataan yang tidak berbahaya yang menyejukkan dan tidak menghakimi.

Ketika ditanya kebebasan agama apakah yang dimiliki oleh warga negara Soviet, Graham menjawab, "Beberapa kelompok bersikap sangat fanatik dan mereka melakukan hal-hal yang dianggap benar, padahal sebenarnya mereka melawan hukum Soviet dan mereka mendapat masalah. Tetapi anda bisa datang ke gereja. Mereka sedang membangun tujuh gereja Baptis yang baru di Moskow".[31] Apa yang tidak disampaikan oleh Graham adalah bahwa gereja-gereja tersebut hanya boleh dibangun oleh orang-orang Baptis kompromi yang menyerah kepada tekanan Komunis dan bekerjasama dengan pemerintah yang fasik. Orang Baptis yang menolak berkompromi dengan keyakinan mereka dengan kejam, dipenjarakan dan dibunuh. Dahulu ketika para rasul diancam oleh para pemegang kuasa politis dan agama, dan diberitahu bahwa mereka tidak boleh memberitakan Injil, mereka menjawab, "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (kis. 5: 29). Ada hukum yang lebih tinggi daripada hukum Soviet (atau hukum pemerintah yang lain). Itulah hukum dari Allah, dan kepada hukum itulah kita harus taat, meskipun karena hal ini kita harus konflik dengan pemerintah yang berwewenang.

Mencemari Perairan
Sikap kompromi Billy Graham mempunyai dampak yang merusak dan luas. Sidik jarinya sangat jelas di dalam gerakan Injili Baru. Prinsip-prinsip yang ia tanamkan melalui kebanyakan pelayanannya kini diterima luas oleh kaum injili.

Jalan Yang Lebar
Semangat keterbukaan dan keluasan yang kini bisa dilihat dalam berbagai penginjilan, pada mulanya dikembangkan oleh Graham. Dialah yang mulai menggapai kaum liberal beberapa tahun yang lalu, ketika banyak orang yang percaya Alkitab menentangnya. Dalam menjelaskan posisinya yang melebar, kelihatannya ia mengesankan lepas dari standar alkitabiah yang diikuti orang. "Posisi saya sebagai seorang 'pemberita Injil' sama sekali berbeda dibandingkan jika saya adalah seorang ketua sebuah sekolah Alkitab atau gembala sebuah gereja atau seorang dosen theologi. Sambil memegang posisi theologis yang teguh, namun di dalam pemberitaan Injil harus ada kelonggaran (fleksibilitas) persekutuan".[32] Tetapi benarkah Allah memperbolehkan persekutuan yang lebih luas cakupannya bagi seorang evangelis daripada kepada orang-orang percaya? Dimanakah kita temukan prinsip itu di dalam Alkitab? Bolehkah ia bersekutu dengan khalayak National Council of Churches, sementara gembala-gembala setia yang berusaha mempertahankan kemurnian jemaat mereka, menolak melakukan hal itu? Apakah Allah menggunakan standar ganda?

Kita telah melihat bahwa evangelis ini enggan untuk mengutuk sistem agama yang sesat dan para pengajarnya. Ia tidak pernah membongkar kesesatan kelompok-kelompok seperti Dewan Gereja Dunia dan Nasional (National and World Council of Churches). Namun Alkitab mendesak pelayan-pelayan yang setia kepada Allah untuk memerangi secara terbuka para pengajar sesat, dan "tegorlah mereka dengan tegas" (Titus 1: 13). Paulus dengan berani mengidentifikasi nama Himeneus dan Aleksander, yang telah mengandaskan iman (I Tim. 1: 20). Bahkan "rasul yang dikasihi", Yohanes, menunjuk pembual yang sombong, Diotrefes, dan mengecam perbuatannya (III Yoh. 9). Sekedar bersikap "positif" tidak mendatangkan suatu kebaikan yang khusus. Ada juga aspek-aspek negatif di dalam kebenaran, dan hal tersebut juga harus disampaikan.

Melalui usaha Billy Graham, banyak orang merasa bahwa liberalisme religius bukan lagi musuh besar seperti yang dahulu pernah dipikirkan oleh bapak-bapak pendahulu kita. Kaum fundamentalis mula-mula berperang melawan modernisme (liberalisme) tanpa ampun. Kini kita diberitahu bahwa kaum liberal tersebut tidak benar-benar jahat. Darimanakah gagasan ini muncul di antara orang-orang yang mengaku mengikuti Alkitab? Ia muncul dari kubu-kubu pemberitaan Billy Graham, dimana kaum liberal dan fundamentalis dengan cepat berbaur. "Gereja tidak bisa dibagi menjadi dua kubu lagi: modernisme... dan fundamentalisme... Karena dampak evangelistik raksasa yang dipelopori oleh Billy Graham telah mematahkan perpecahan ini, dan telah melahirkan reaksi-reaksi baru".[33] Gembala-gembala yang lebih muda dan pemimpin-pemimpin Kristen mengangkat Graham sebagai teladan, dan tidak takut lagi untuk memperluas persekutuan mereka. David Fisher, gembala Crystal Free Church di pinggiran kota Minneapolis mengatakan, "Kita hidup di luar mimpi Billy Graham, demikian juga orang lain yang seperti kita. Mereka menurunkan hambatan dan menjangkau keluar".[34] Artikel yang sama itu juga menyatakan, "Dalam banyak hal angin perubahan itu merupakan jasa dari kerja keras ekumenis evangelis Billy Graham, yang memutuskan lebih dari 30 tahun yang silam untuk tidak melakukan suatu pemberitaan di suatu kota, jika tidak didukung oleh rohaniwan lokal".[35]

Tak pelak lagi, Graham telah berjasa besar membangun gereja yang ekumenis dan membuatnya menjadi istimewa. Salah satu contoh yang sering digunakan mengenai "ekumenisme lokal" yang efektif adalah pelayanan pemberitaan gaya Billy Graham. Sejak tahun 1950-an, pemberitaan yang sering dilakukan oleh evangelis Baptis tersebut telah mengikutsertakan rohaniwan lokal yang berasal dari berbagai denominasi - beberapa di antaranya kurang berpengalaman atau kurang tertarik di dalam ekumenisme tradisional - yang dalam minggu-minggu kerja tersebut segera mulai mempromosikan acara itu. Walaupun Graham tidak bermaksud demikian, menurut pengamatan Richard Mouw, pembantu rektor Fuller Theological Seminary di Pasadena, California, barangkali ia adalah "tokoh ekumenis yang paling penting yang pernah ada".[36]

William Ward Ayer, pengkhotbah radio yang terkenal dan gembala yang lama melayani di Gereja Baptis Kalvari New York yang besar, dahulu pernah mengamati bahwa penginjilan ekumenis Graham adalah mendukung gerakan ekumene.

Sungguh menyedihkan melihat pikiran kita yang cemerlang itu tertipu oleh musuh. Liberalisme telah mengubah namanya, namun sifatnya tidak, dan beberapa theolog kita yang antusias dan bersemangat merasa mereka dapat menjembatani jurang pemisah antara Kekristenan yang menyelamatkan dan agama yang tidak menyelamatkan dengan kerjasama yang bersahabat dan ramah. Tetapi jurang tersebut tak dapat dijembatani - ia adalah "jurang pemisah besar yang sudah pasti". Struktur tipis yang sedang dibangun oleh kelompok ini ternyata akan menjadi sebuah jebakan bagi jutaan orang yang berusaha menyeberang; sebab di sisi yang satu adalah Jemaat, sang Mempelai Kristus, dan di sisi yang lain, "Gereja Besar Yang Akan Datang" dari editorial anda, yang... dalam kenyataannya adalah gereja sundal, dan keduanya tidak mungkin bisa disatukan.[37]

Acungan jempol bagi William Ward Ayer! Apakah kini masih ada hamba Tuhan yang lebih berani dari dirinya?

Kesampingkan perbedaan doktrinal yang "tidak pada intinya" - inilah pesan yang disampaikan Graham kepada pemimpin-pemimpin muda gereja yang terkesan. Berdasarkan alasan ini ia berusaha berjalan ditengah-tengah garis doktrin yang sulit dan yang diperdebatkan. Bahkan sahabatnya, Carl Henry, mengamati, " Buku-bukunya cenderung menyembunyikan perpecahan doktrin di dalam kalangan injili".[38] Sebenarnya, Billy Graham ingin semua orang menjadi sahabatnya. Ia tidak mau melukai perasaan kaum liberal, kharismatik, atau Katolik. Jika ada persoalan, ia ingin berada di sisi semua pihak. Namun nabi Allah tidak mempunyai pendirian seperti demikian. Ketika Allah memberikan amanat kepada Yeremia, Ia memberitahu Yeremia, bahwa ia diangkat untuk "mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam" (Yer. 1: 10). Disini ada empat unsur negatif dan dua unsur positif. Kesalahan harus dihancurkan dan tanah yang tertutup semak duri harus dibersihkan sebelum pertumbuhan dapat dicapai di atas bangunan kebenaran. Penghancuran atas kesalahan harus mendahului pembangunan kebenaran. Orang tidak bisa mengatakan, seperti yang dilakukan Graham, ketika ditanyai penilaiannya tentang gerakan kharismatik, "Saya kira gerakan kharismatik telah dipakai di berbagai tempat oleh Allah, misalnya di Swedia".[39] Bagaimana orang bisa mengatakan bahwa sebuah gerakan yang salah secara theologis itu dipakai dengan luar biasa oleh Allah? Apakah Allah memakai theologi yang salah untuk mencapai kehendakNya?

Bergandengan Tangan Dengan Paus
Hubungan dekat Graham dengan Gereja Katolik Roma menimbulkan teka-teki banyak kalangan. Gereja Roma mengajarkan baptisan menyelamatkan, perlunya perbuatan baik untuk masuk surga, repetisi (pengulangan) pengorbanan Kristus di atas mezbah gereja, kemustahilan untuk mengetahui kepastian seseorang masuk surga, perlunya mengagungkan perawan Maria, dan pengajaran sesat lainnya yang tak terhitung. Namun sebaliknya, Graham, ketika melayani di Polandia, ia berkhotbah di gereja-gereja Katolik Roma dan disambut hangat oleh para pemimpinnya. Salah satu pemimpin Katolik Roma menyambut Graham sebagai tipe tokoh injili yang bisa menghasilkan "dialog yang penuh buah" dengan gereja Katolik.[40] Wakil ketua eksekutif Belmont Abbey College, sebuah sekolah Katolik Roma yang memberikan gelar doktor kehormatan kepada Billy Graham, memberi pendapat mengenai pelayanan sang evangelis itu: "Mengetahui pengaruh Billy Graham yang luar biasa atas kaum Protestan, dan kini direalisasi di dalam pengakuan Katolik atas ketaatan dan ketulusannya yang mengacu kepada pengajaran Kristus yang juga ia ajarkan, saya ingin mengatakan bahwa ia akan membawa bersama Katolik dan Protestan ke dalam sebuah semangat ekumenis yang sehat... Billy Graham mengajarkan theologi moral dan injili yang sangat diterima oleh Katolik".[41]

Orang akan mengira bahwa seorang evangelis, yaitu orang yang mengkhususkan diri di dalam "evangel", Injil, akan memanggil manusia keluar dari pemujaan yang sia-sia dan sistem pengajaran yang sesat ke dalam terang kebenaran Perjanjian Baru. Tugas seorang evangelis adalah menunjukkan jalan keselamatan yang terang kepada orang yang mencari-cari dan tersesat. Jalan keselamatan ini tidak bisa diperoleh di dalam gereja Katolik Roma. Namun tetap saja sang evangelis ini membiarkan umat gereja Katolik memenuhi gereja itu.

Seorang Katolik yang kebingungan [pada tahun 1960-an] menulis kepada Dr. Graham mengutarakan keprihatinannya mengenai fakta bahwa "banyak keyakinan lama telah diguncang," dan ia bertanya kepada sang evangelis: "Kemanakah semua itu akan berakhir?" Dr. Graham menanggapi melalui kolom "Jawaban Billy Graham" di dalam terbitan Chattanooga Free Press, dan menjawab, "Gereja anda akan melewati gejolak yang dimunculkan oleh kekuatan awam maupun rohaniwan itu ...

"Praktek penyembahan bisa saja berubah, tetapi ketulusan ibadah kita tidak perlu berubah...

"Dalam segala hal janganlah keluar dari gereja! Tetaplah disitu, tetaplah dekat dengan Tuhan, dan gunakan pengalaman tersebut sebagai sebuah kesempatan untuk membantu gereja anda memenuhi kehendak Allah dan apa yang dunia butuhkan".[42]

Dengan dasar Alkitab mana seorang pemberita Injil bisa menasehati orang Kristen yang percaya di dalam Kristus untuk tetap bertahan di dalam sebuah gereja sesat yang menyangkal kebenaran-kebenaran pokok yang sedang ia ajarkan? Betapa tragisnya! Alangkah menyakitkannya mengetahui seorang yang seharusnya tahu lebih banyak, ternyata memberikan nasehat seperti demikian! "Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit" (Yes. 5: 20). Jika seorang berusaha menuntun orang lain menuju terang, tetapi ia sendiri tidak bisa membedakan terang dengan kegelapan, maka betapa kacaunya kepemimpinannya!

Dengarkan salah satu kesaksian dari orang yang mendengar nasehat sang evangelis yang menyebabkan kerusakan rohaninya. Ia diselamatkan oleh pemberitaan Graham di New York City. Ia mengatakan kepada pemberi nasehat yang berbicara kepadanya, bahwa ia adalah seorang anggota gereja Katolik Roma. Pada saat itu ia baru berumur empat belas tahun, ia mendengarkan Dr. Graham dengan sungguh-sungguh ketika memberikan instruksi kepada mereka yang maju ke depan pada akhir kebaktian itu. Mereka disuruh kembali ke gereja dimana mereka berasal. "Karena Billy Graham menyuruh saya ke Gereja Katolik, saya mendapat kesan bahwa gereja ini adalah gereja yang benar... Apa yang saya dapatkan dari Lembaga Billy Graham itu? Kira-kira satu setengah tahun saya berada di dalam kegelapan dan pengabaian terhadap Alkitab, karena Billy Graham menyuruh saya ke Gereja Katolik".[43]

Membuka Diri Untuk Kaum Liberal
Kebijakan untuk menganjurkan para petobat pergi ke gereja-gereja liberal dibela oleh W. R. White yang saat itu menjadi Ketua Baylor University di Texas. Ia menyatakan hal itu merupakan tindakan yang sehat, karena "petobat-petobat baru dengan pengalaman kasih karunia yang sejati ditanamkan di dalam gereja-gereja liberal tersebut sebagai saksi Perjanjian Baru... Lagipula Kristus, Paulus dan semua evangelis besar juga mengikuti pola yang sama ini".[44] Membaca pernyataan sesat yang berasal dari seorang pemimpin Kristen ini sungguh menyesakkan. Bagaimana mungkin seorang pengkhotbah Baptis, yang mengaku meyakini keistimewaan Baptis tentang keanggotaan jemaat yang lahir baru, suatu ketika bisa membela tindakan yang menyuruh petobat untuk ke gereja-gereja yang tidak menjalankan keanggotaan jemaat yang lahir baru? Kita bukan bergabung ke dalam sebuah jemaat agar bisa menginjili para anggotanya. Kita menggabungkan diri ke dalam sebuah jemaat agar bisa menyembah Allah bersama-sama dengan orang-orang percaya sejati lainnya, untuk diajar dengan doktrin Alkitab yang benar, dan kemudian pergi menginjil orang-orang yang tersesat.

Waktu telah menelan korban. Pada masa-masa awal kompromi Graham, terdapat banyak sekali kaum fundamentalis yang menentang dirinya, bahkan juga dari sahabat-sahabat terdekatnya. Namun kini oposisi umum dan vokal terhadapnya telah menurun dan terdengar sayup-sayup. Bahkan mereka yang menyatakan diri tidak setuju terhadapnya juga cenderung bungkam mengenai masalah itu, karena takut mengusik jemaat mereka atau takut dicap sebagai "kelompok fundamentalis tukang berkelahi". "Mereka mengobati luka umatKu dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera' (Yer. 6: 14). Tetapi damai sejahtera tidak bisa dibeli dengan harga kompromi kebenaran. Harganya terlalu mahal.

Wajar saja jika muncul pertanyaan: "Jika Graham sendiri bukan seorang liberal, mengapa kaum liberal mendukung pemberitaannya?" Salah satu alasan yang jelas adalah fakta bahwa Graham tidak mengecam liberalisme seperti yang dilakukan oleh para evangelis terdahulu. Ia tetap menolak untuk membongkar kesesatan itu, dan sebaliknya malah memuji mereka dan menghargai mereka sebagai pemandu rohani. Barangkali salah satu jawaban paling singkat atas pertanyaan kita tersebut bisa kita peroleh dari seorang liberal Inggris terkemuka, Leslie Weatherhead, yang pada masa itu menjadi gembala City Temple di London, Inggris.

Secara pribadi saya tidak setuju dengan beberapa theologi Billy Graham... namun jelas saya menerima nilai kesaksian Graham dan saya mencatat dua hal tentang dia. Ia tidak memaksakan pandangan theologinya kepada orang lain, dan kedua, meskipun Hamba-hamba dari semua denominasi mengkritisi dirinya, sepengetahuan saya, ia tidak pernah serta-merta mengangkat suara atau pen-nya untuk mengatakan bahwa dalam penciumannya, theologi kita berbau busuk... Saya menyimpulkan bahwa setiap Hamba yang mengajar jemaat-jemaat kecil seharusnya bersukacita bahwa Billy Graham sedang membantu kita mengisi jemaat demi kepentingan kita. Kita dapat mengajarkan theologi kepada orang, jika kita memiliki orang yang bisa mengajar.[45]

Pada intinya ia ingin mengatakan, "Billy Graham bisa membuat orang datang ke gereja saya dengan theologi injilinya, dan kemudian saya bisa terus mengajar mereka dengan theologi liberal saya". Sebuah perdagangan yang hebat, bukan? Theologi liberal telah kehilangan kekuatannya, sehingga tidak bisa mengisi jemaat; jadi ia harus disuguhi theologi injili yang memang sudah melanda jemaat.

Semangat kompromi yang diprakarsai dan disebarkan oleh Billy Graham inilah yang kini merembes ke dalam gereja-gereja injili dimana-mana. Gunakan cara apa saja agar mendapatkan banyak orang untuk memenuhi gereja. Ini merupakan sebuah pragmatisme religius yang membabi buta. Ia merupakan theologi yang tidak menyusahkan.

Prinsip Alkitabiah Versus Penginjilan Ekumenis

Ada beberapa prinsip Alkitab yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk menilai filosofi operasional penginjilan ekumenis.
1. Kita tidak boleh bersekutu dengan kaum liberal agar bisa memenangkan mereka kepada Kristus.
"Bersekutu" dengan kaum liberal artinya bekerjasama dengan mereka dalam konteks religius dengan tujuan untuk mencapai hasil-hasil rohani. "Berikan rangkulan kasih anda kepada orang liberal, barangkali mereka akan berubah". Ini adalah pendekatan yang dipegang banyak orang. Namun itu bukan pendekatan dari Allah. Hal yang terutama dan yang terpenting bagi Allah adalah tentang kemurnian jemaat (gereja). KekudusanNya dan kekudusan umatNya harus dipertahankan dengan harga apapun. Allah lebih mengutamakan kekudusan daripada segala hasil. Allah tidak tertarik dengan keberhasilan penginjilan yang akan merusak karakter kekudusan jemaat. "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (I Ptr. 1: 16). Kekudusan adalah berkaitan dengan separasi dari segala sesuatu yang jahat. Liberalisme religius adalah jahat; karena itu, kekudusan adalah termasuk memisahkan diri dari mereka. Setelah menggambarkan kemerosotan rohani dan kerusakan moral pada akhir zaman, terutama dalam menyinggung popularitas agama munafik, Paulus menginstruksikan orang-orang percaya untuk "menjauhi" mereka (II Tim. 3: 5). Filosofi Graham menolak bahwa kita harus "menjauhi" (menolak persekutuan mereka), sebaliknya menawarkan rencana yang "lebih baik" - bergabung di dalam kerja keras religius mereka.

Filosofi Graham mengenai masalah ini telah terbentuk lama sebelumnya, ketika ia menulis sebuah artikel yang menentukan berjudul "Fellowship and Separation" ("Persukutuan dan Pemisahan"). Ia mengatakan, "Tidak ada kesimpulan yang lain bahwa penekanan utama Perjanjian Baru adalah tentang persekutuan, bukan mengenai separasi. Seruan itu bukan mengenai keluar, namun agar bersatu".[46]

Marilah kita menganalisis pernyataan singkat atas pendekatan Graham terhadap masalah kritikal ini. Memang benar bahwa Perjanjian Baru banyak sekali menyinggung tentang persekutuan. Tetapi persekutuan yang dimaksud adalah persekutuan antara orang-orang percaya lahir baru, bukan persekutuan antara orang-orang percaya dan orang-orang tidak percaya. Banyak pemimpin agama yang bersekutu dengan Graham dapat dikategorikan sebagai orang-orang tidak percaya. Mereka menyangkal banyak doktrin utama Alkitab. Walaupun mereka menyatakan diri sebagai orang Kristen, mereka sebenarnya bukan orang Kristen dalam pengertian alkitabiah. Tetapi Graham tetap meneruskan dongeng bahwa mereka itu orang Kristen yang hanya berbeda pandangan mengenai beberapa masalah. Dan Perjanjian Baru memang juga mengajarkan persekutuan maupun separasi. Total ayat mengenai persekutuan bisa saja lebih banyak jumlahnya (saya tidak menghitungnya), karena surat-surat Perjanjian Baru ditulis untuk dipakai di dalam kumpulan jemaat-jemaat Allah, dimana penekanan tersebut dibutuhkan. Namun, pengajaran yang jelas mengenai masalah separasi (pemisahan diri) dari yang jahat juga tidak kurang banyaknya. Allah senantiasa memiliki keseimbangan yang tepat di dalam FirmanNya.

2. Kita tidak boleh menghormati nabi-nabi palsu sebagai pemimpin Kristen yang sejati.

Ilustrasi-ilustrasi mengenai penghargaan Graham kepada para pemimpin gereja sesat telah diberikan. Graham merupakan tamu terhormat pada saat pelantikan James Albert Pike sebagai Bishop Coadjutor (Penilik Pembantu Pengambil Keputusan) California untuk Gereja Episkopal Protestan Amerika Serikat. Pike adalah orang tidak percaya yang paling terkemuka, seorang musuh terbuka bagi kebenaran alkitabiah yang tak ternilai. Ketika Billy pertama kali mulai mendorong agenda ekumenikalnya dalam pemberitaan di New York pada tahun 1957, ia menulis sepucuk surat yang menolak kebenaran kritik yang ditujukan kepada pemberitaan tersebut yang mengatakan, "Komite pendukung adalah orang-orang saleh yang berusaha menjangkau populasi New York yang besar dengan kesaksian Kristus yang telah bangkit".[47]Siapakah "orang-orang saleh" yang melayani tersebut? Salah satunya adalah James Sutherland Bonnell, seorang liberal terkemuka. Pengacara James Bennett, yang dengan berani menentang pemberitaan Graham di New York dan kehilangan banyak sahabat karena pendiriannya itu, menulis:

Masalah semakin kacau, ketika seorang sahabat saya, yang menelpon kantor pusat Billy Graham Crusade di New York, diberitahu bahwa mereka tidak menganggap Dr. John Sutherland Bonnell sebagai seorang modernis. Sahabat saya terkejut karena secara pribadi ia tahu bahwa Dr. Bonnell pada tahun 1951 menolak untuk menandatangani pengakuan iman fundamental yang diserahkan kepadanya oleh organisasi Billy Graham yang ada pada saat itu, dan pada tgl. 23 Maret 1954, ia menulis sebuah artikel yang diterbitkan dalam majalah Look, yang dengan sangat jelas mengimplikasikan bahwa ia tidak percaya kepada beberapa doktrin Injil yang mendasar (fundamental), termasuk Kebangkitan Tubuh Yesus.[48]

Bagaimana mungkin orang mengabarkan "kesaksian Kristus yang bangkit" jika mereka sama sekali tidak percaya dengan "Kristus yang telah bangkit"?

Bagaimana Paulus menghadapi nabi-nabi palsu yang menyangkal iman? Ia memperingatkan orang yang "menentang kebenaran" dan menyebutnya "akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji" (II Tim. 3: 8). Paulus tidak pernah mempertimbangkan untuk menempatkan orang-orang demikian ke dalam posisi kepemimpinan dalam pemberitaan Injil. Mereka sendiri perlu diinjili dan tidak seharusnya bertugas menginjili orang lain. Mereka adalah jiwa-jiwa tersesat yang sangat membutuhkan seorang Juruselamat. Nabi Yeremia dalam Perjanjian Lama pun tidak memuji nabi-nabi palsu pada masa itu: "Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaanKu hilang dan terserak!" - demikianlah firman Tuhan... Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat..." (Yer. 23: 1-2). Billy Graham tidak menyampaikan pernyataan seperti itu. Karena itulah ia sangat populer di kalangan nabi-nabi palsu masa kini.

3. Kita tidak boleh tidak taat kepada Alkitab karena alasan ingin memenangkan jiwa bagi Kristus.

Banyak penginjilan modern yang kelihatannya didasarkan pada premis bahwa Allah membutuhkan semua bantuan yang bisa Ia dapatkan untuk membuat manusia diselamatkan; jadi jika kita harus melakukan sedikit "kecurangan" terhadap prinsip-prinsip alkitabiah, maka jelas kita dibenarkan untuk melakukan hal itu. Tujuan (menyelamatkan jiwa) membenarkan cara (kerjasama dengan orang-orang tidak percaya). Dimanakah prinsip ini diajarkan di dalam Alkitab?

Saya ingat beberapa tahun yang lalu seorang gembala terhormat, William Ashbrook, dan saya diminta untuk menyampaikan pidato dalam pertemuan para gembala mengenai masalah pemberitaan ekumenis Billy Graham. Sahabat saya berdiri untuk menyampaikan sambutannya. Ucapannya adalah sebagai berikut: "Tugas utama seorang Kristen bukanlah untuk memenangkan jiwa". Terdengarlah desah dan gerutu. Ia menunggu beberapa saat sebelum mengucapkan kalimat keduanya. "Tugas utama seorang Kristen adalah melakukan kehendak Allah". Memang benar demikian. Tentu saja kita tidak mengatakan, bahwa orang-orang Kristen tidak memenangkan jiwa. Mereka harus melakukannya, namun harus di dalam konteks prinsip-prinsip alkitabiah. Ketika Petrus dan sahabat-sahabatnya telah bekerja keras sepanjang malam dan tidak berhasil menangkap seekor ikanpun, sang Tuan Nelayan mengambil alih. Petrus, yang sama sekali bukan seorang nelayan yang lemah, mengetahui bahwa ada seorang yang lebih besar di dalam perahu, dan berkata, "Guru... karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5: 5). Dengan perkataan lain, "Sesuai kehendakMu, aku akan menjala." Banyak ikan yang tertangkap, dan Kristus memberitahu mereka bahwa pada masa yang akan datang mereka akan "menjala manusia," dan bukan ikan. Untuk menjala manusia dibutuhkan ketaatan yang besar kepada Firman Kristus seperti juga halnya tugas menjala ikan. Kita harus melakukan penjalaan ikan rohani kita di dalam ketaatan kepada prinsip-prinsip yang diungkapkan Kristus. Hal inilah yang tidak dipahami oleh penginjilan ekumenis.

Saul mendapat pelajaran berharga: Sesuatu yang terbaik tidak bisa diganti dengan sesuatu yang baik - yaitu ketaatan penuh kepada Allah. Raja Israel yang pertama itu diperintahkan secara khusus untuk menyerang bangsa Amalek, musuh fasik Allah dan umatNya, dan untuk menumpas mereka dan segala yang ada padanya (I Sam. 15: 2-3). Karena mengabaikan perintah itu dan mengambil keputusannya sendiri, Saul menyisihkan sebagian kambing domba dan lembu-lembu Amalek. Ketika nabi Samuel datang kembali, ia menanyakan apakah Saul telah memenuhi perintah Tuhan. Ia mendapatkan bahwa Saul tidak melaksanakannya. Namun Saul telah siap dengan pembelaan atas pembangkangannya. Ia melanggar perintah Allah mengenai hewan ternak Amalek untuk mematuhi perintah Allah mengenai keharusan korban hewan. Hewan ternak yang ia sisihkan adalah untuk dipakai sebagai korban bagi Allah. Mengenai hal itu Samuel mengucapkan pernyataan yang monumental: "Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik daripada lemak domab-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim..." (I Sam. 15: 22-23).

Billy Graham dan para pengikutnya membenarkan ketidaktaatan terhadap larangan Allah untuk bekerjasama dengan kesesatan dengan dalih untuk memenangkan jiwa bagi Kristus dan hal ini menutupi segala pertimbangan yang lain. Namun alasan ini jelas bertentangan dengan prinsip yang diberikan oleh Samuel. Korban adalah baik, tepat dan alkitabiah jika dilaksanakan sesuai dengan kehendak Allah. Tetapi jika dilaksanakan di luar kehendak Allah, maka korban tidak akan diterima. Demikian juga halnya dengan penginjilan. Penginjilan diperintahkan di dalam Alkitab, demikian juga ketaatan kepada Tuhan. Kita tidak mungkin menginjil sambil menentang Allah.

4. Kita tidak bisa menentang Alkitab dengan dalih bahwa kita sedang menunjukkan kasih Allah.

Banyak orang Kristen memiliki pandangan yang menyimpang mengenai kasih Allah. Injili baru menyatakan, "Lencana kemuridan Kristen bukan orthodoksi, tetapi kasih". Arus Injili Baru menyerukan fakta bahwa kaum separatis fundamentalis itu kasar dan abrasif, sementara mereka penuh dengan kasih. Kasih, menurut mereka, mengesampingkan kesalahan doktrin dan mengakomodasikan hampir setiap orang yang menyatakan diri sebagai orang Kristen. Kasih tidak mengkritisi maupun mengecam. Kasih mempersatukan.

Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa kasih dan ketaatan berjalan seiring. Perhatikan firman Tuhan berikut ini:
1. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu" (Yoh. 14: 15).

2. Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku' (Yoh. 14: 21).

3. "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu ..." (Yoh. 14: 23).

Di dalam FirmanNya Tuhan memerintahkan kepada umatNya untuk "jangan turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu." (Ef. 5: 11). Para pengkhotbah liberal merupakan sumber "perbuatan-perbuatan kegelapan". Bersekutu dengan mereka berarti tidak taat kepada perintah ini; melakukan hal ini, sebenarnya adalah tidak mengasihi.

Perikop ini, ditambah lagi dengan perkataan Kristus yang baru saja dikutip dari Injil Yohanes, dengan jelas menyatakan bahwa jika seseorang mau taat kepada Kristus, maka ia harus menolak kerjasama dengan kesesatan. Namun para pendukung penginjilan ekumenis tidak menerima alasan ini. Meskipun menghadapi teguran alkitabiah, mereka tetap saja ingin menyenangkan para pemimpin gereja yang menyangkal Kristus.

5. Kita tidak perlu menyenangkan semua pihak agar mendapat simpati untuk mendengar Injil.
Salah satu alasan yang dibuat oleh para pembela Graham adalah mengenai fakta bahwa ratusan orang gereja liberal mendengar Injil Kristus karena para gembala dan gereja-gereja mereka turut bekejasama di dalam pemberitaan. Ini merupakan masalah pragmatisme agama yang menyolok. Kita gunakan metode apa saja, tanpa menghiraukan prinsip-prinsip alkitabiah. Tentu saja ini bukan metodologi yang digunakan oleh para rasul mula-mula dan para pengikutnya. Paulus, ketika menghadapi para penganut Yudaisme yang mencoba membumbui Injil Kristus agar sesuai dengan selera para pendengar Yahudi, menyatakan, "...adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus" ((Gal. 1: 10). "Orang yang berusaha menyenangkan manusia jelas tidak mungkin melemparkan anathema (kutukan) kepada orang yang memberitakan injil-injil palsu".[49]Sungguh pengamatan yang tepat! Namun sayang, Billy Graham tidak "melemparkan anathema" terhadap para pendukung yang mengajarkan injil sesat yang banyak jumlahnya. Sikapnya untuk tidak melakukan hal ini menyebabkan ia mempunyai banyak sahabat, namun apakah ini memenuhi perintah Tuhan?

6. Kita tidak boleh membiarkan seolah-olah doktrin sesat itu tidak apa-apa.

Gereja Katolik Roma mengajarkan bidat, tetapi Billy Graham membiarkan dan membesarkan hati para pemimpinnya. Mereka mengajarkan banyak doktrin yang menentang langsung Firman Tuhan; tetapi pemimpin-pemimpin dan para pengikutnya tetap ditampilkan atau dimasukkan ke dalam pemberitaan dan konferensi Graham. Demikian juga dengan kaum kharismatik yang memaksakan bahwa karunia-karunia tanda masih berlangsung sampai hari ini. Paulus berterus-terang tentang doktrin sesat ketika menulis, "Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan" (I Tim. 4: 1). Murid yang dikasihi, Yohanes, bukan saja hanya memperhatikan manifestasi kasih, tetapi juga tentang menghapuskan kesalahan. Ia tidak membela muslihat doktrin yang naif. "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia" (I Yoh. 4: 1). Berkenaan dengan perikop tersebut, ia mengatakan bahwa kita harus bisa membedakan antara "Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan" (I Yoh. 4: 6). Kepekaan rohani itu penting dan harus dilatih. Ada perbedaan yang besar antara kebenaran dan kesesatan dan perbedaan ini tidak bisa dibiarkan atau disembunyikan.

7. Kita harus menyadari bahwa pengajaran (doktrin) yang benar harus diprioritaskan di atas persekutuan, dan bahwa persekutuan yang benar adalah didasarkan kepada pengajaran (doktrin) yang benar.

Doktrin telah mengalami masa yang jahat. Sedikit sekali yang mau mempertahankan apa yang mereka sebut dengan "pagar" doktrin. Sebaliknya mereka bermaksud menekankan persatuan di dalam Kristus dan berkat yang mereka lihat akan tercurah dari sana.

Namun pandangan doktrin Allah lebih kuat daripada pendapat dari beberapa kalangan injili. Ketika jemaat lokal pertama didirikan di Yerusalem, karakteristiknya sudah terkenal. Ada empat di antaranya, tetapi yang pertama disebut adalah bertekun (berpegang teguh) dalam "pengajaran rasul-rasul" (Kis. 2: 42). Persekutuan, memecahkan roti dan berdoa mengikuti setelah penyebutan doktrin. Patut diperhatikan bahwa doktrin menempati urutan pertama. Bagi banyak injili masa kini, hal ini tidak merupakan keutamaan yang tertinggi. Tidak lama kemudian di dalam sejarah kerasulan, Paulus menekankan "hal-hal yang telah menjadi ajaran yang sehat (doktrin yang benar)", agar dijarkan kepada jemaat (Titus 2: 1). Paulus kerapkali merujuk kepada "ajaran yang sehat", yaitu doktrin yang sehat dan tidak terkontaminasi oleh kesesatan. Ia sangat ingin agar doktrin demikian dihidupkan terus-menerus di dalam jemaat-jemaat.

Penginjilan ekumenis tidak selaras dengan program dan prinsip Allah. Ia merupakan sebuah usaha untuk menyatukan sesuatu yang tidak bisa dipersatukan. "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?" (Amos 3: 3). "... Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" (II. Kor. 6: 14). Allah telah memisahkan terang dari kegelapan dan tak seorangpun, meskipun dengan alasan penginjilan, yang boleh meruntuhkan tembok-tembok yang dibangun oleh Allah.

--------------------------------
[1]George Marsden, "Reforming Fundamentalism", hal. 167.

[2]Doug Reed, "Billy Graham: Maturing Leader", Ashville (N.C) Citizen Times, 19 Oktober 1958.

[3]Korespondensi pribadi Billy Graham kepada Dr. Bob Jones, Jr., dan Dr. Bob Jones, Sr., 16 Januari 1947 dan 23 Oktober 1950.

[4]Robert Shuler, editor, "Methodist Challenge", Oktober 1957.

[5]Surat Billy Graham kepada Tom Malone, dikutip oleh Sword of the Lord, 17 Mei 1957, hal. 11.

[6]"Billy Graham", Time, 20 Maret 1950, hal. 72-73.

[7]Martin Marty, "Reflections on Graham by a Former Grump", Christianity Today, 18 Nopember 1988, hal. 24-25.

[8]Surat Joseph A. Brazeal ke Greenville (S.C.) News, 5 Mei 1986.

[9]Robert Shuler, editor, "The Methodist Challenge", Oktober 1957.

[10]Billy Graham, surat kepada Komite Eksekutif, New York Crusade, 1951.

[11]Artikel surat kabar, U.S. News and World Report, 27 September 1957.

[12]Christian Life, September 1957, hal. 25.

[13]Wilfred Bockelman, "A Lutheran Looks at Billy Graham", Lutheran Standard, 10 Oktober 1961.

[14]Gerald Kennedy, "God's Good News", hal. 125.

[15]Laporan surat kabar, Baptist Bible Tribune, 8 Maret 1963.

[16]"Billy Graham di dalam Sidang NCC", Christian Beacon, 5 Januari 1967.

[17]Merel Hull, "U.S. Congress on Evangelism", Baptist Bulletin, Nopember 1969, hal. 11.

[18]Ibid.

[19]"New Liberal Mood Is Found Among Fundamentalist Protestants", New York Times, 14 September 1969.

[20]M. H. Reynolds, Jr., "The Muddy Water of Mainstream Evangelical Thought", Oktober 1969.

[21]Christianity Today, 31 Desember 1977, hal. 37.

[22]"Obrolan Bebas dengan Para Evangelis", Christianity Today, 17 Juli 1981, hal. 23.

[23]Malcolm Watt, "Mission England: Is It Scriptural?", Bible League Quarterly, Januari-Maret 1984, hal. 21.

[24]William Petersen, "The Mission in England", Evangelical Newsletter, 10 Agustus 1984, hal. 4.

[25]Dari Ecumenical Press Service, dikutip di dalam Christian Beacon, 7 Agustus 1986, hal. 4.

[26]"Inside Washington", Human Events, 22 Mei 1982, hal. 5-6.

[27]M. Stanton Evans,"The Brainwashing of Billy Graham", Human Events, 5 Juni 1982, hal. 7.

[28]Ibid.

[29]M. H. Reynolds. Jr., "Mikhail Gorbachev and Billy Graham", Foundation, September 1988, hal. 4.

[30]Edward Plowman, "Graham Joins Russian Church Festivities", Christianity Today, 15 Juli 1988, hal. 49.

[31]"My Role Is to Bring Peace and Understanding", USA Today, 15 Mei 1985.

[32]Surat terbuka Billy Graham, "Separation or Fellowship".

[33]Editorial, "Theology, Evangelism, Ecumenism", Christianity Today, 20 Januari 1958, hal. 20.

[34]"New Evangelical Churches Promoting Ecumenical Spirit", Minneapolis Star-Tribune, 28 Mei 1989.

[35]Ibid.

[36]"Reuniting the Flock", U.S. News and World Report, 4 Maret 1991, hal. 50.

[37]William Ward Ayer, surat kepada editor, United Evangelical Action, 15 Juni 1958.

[38]Carl Henry, "Firm on the Fundamentals", Christianity Today, 18 Nopember 1988, hal. 19.

[39]"Taking the World's Temperature", Christianity Today, 13 September 1977, hal. 17.

[40]John Seerin, "Dialogue Dengan Injili Seperti Billy Graham," The Catholic World, Juni 1965, hal. 158-159.

[41]Surat Rev. Cuthbert E. Allen, Wakil Ketua Eksekutif, Belmont Abbey College, Belmont, Caroline Utara, untuk Mr. Julius Taylor.

[42]Watt, hal. 36.

[43]Kesaksian Jaffet Perez, dipublikasikan oleh Baptist Examiner, 16 Mei 1964, hal. 1.

[44]W. R. White, "Modern Pharisees and Sadducees", Baptist Standard, 2 Juli 1958, hal. 5.

[45]Dari "City Temple Tidings", dikutip di dalam Banner of Truth, Mei-Juni 1966, hal. 2.

[46]Billy Graham, "Fellowship and Separation", Decision, Agustus 1961, hal. 14.

[47]Surat Billy Graham, diterbitkan dalam Herald of His Coming, 23 Nopember 1956, hal. 8.

[48]James Bennett, "Supplementary Statement of James Bennett", 1954.

[49]Donald K. Campbell, "Galatians", Bible Knowledge Commentary, 2: 591.

No comments: