Thursday, February 12, 2009

KESALAHAN TULIP: UNCONDITIONAL ELECTION (Bag. 2)

Kedaulatan Allah

Ini adalah konsep Alkitab, karena memang Allah itu berdaulat penuh atas apapun. Kedaulatan Allah juga harus dilihat dari sudut pandang Alkitab karena konsep kedaulatan Kalvinis berbeda dengan konsep Alkitab dan nalar logis manusia. Kalvinis terlalu menekankan kedaulatan tanpa melihat sifat Allah yang lain (Mahakasih, Mahaadil, Mahabenar dan Mahakudus). Bahkan di dalam Alkitab Kekudusan Allah dan Kasih Allah lebih ditekankan daripada Kedaulatan Allah. Kalvinis sering memakai analogi kedaulatan seorang raja yang berkuasa atas negaranya sendiri secara otoriter seperti Saddam Husein atau Hitler. Tetapi harus diingat, bahwa Saddam dan Hitler memakai kedaulatannya untuk hal-hal yang jahat.

Dari sisi kedaulatan Allah, bahwa Ia berdaulat melakukan dan memutuskan apa saja, tetapi selalu disertai Kasih dan KeadilanNya. Kalvinis tidak melihat sifat-sifat Allah yang lain, yang tidak mungkin saling bertentangan. Karena Allah tidak akan melakukan sesuatu hal yang bertentangan dengan diriNya sendiri. Allah tidak akan meminta pertanggunganjawab dari manusia atas dosa-dosanya jika Allah sendirilah yang menjadi sumber dosa atau yang membuat manusia itu berdosa. Bila Allah yang memasukkan dosa ke dalam dunia, maka hal ini akan bertentangan dengan sifat Kekudusan dan kasihNya. Sifat kasih, kekudusan dan keadilan Allah tidak akan memakai kedaulatanNya untuk membuat manusia jatuh dalam dosa. Jadi kedaulatan Allah yang terdapat dalam Alkitab tidak akan bertentangan dengan Kasih, keadilan dan kekudusan Allah. Allah mengijinkan manusia melakukan segala sesuatu, karena manusia diciptakan dengan kehendak bebas yang sejati. 

Kaum Kalvinis akan berdalih dan mengatakan bahwa itu adalah hak Allah untuk berbuat ini dan itu menurut kedaulatanNya. Namun yang harus diperhatikan, pokok permasalahannya bukanlah pada Allah berhak atau tidak berhak, tetapi apakah Allah akan seperti itu? Apakah Natur Allah yang Mahakudus, Mahaadil, dan Mahakasih akan berbuat seperti itu? Dengan demikian Allah bukanlah Pribadi yang menyebakan dosa masuk ke dalam dunia. Hanya kelompok Kalvinislah yang berani mengatakan demikian.

Ketetapan Allah (God’s Decree)

Allah Mahatahu karena Allah sudah menetapkannya. Ini adalah konsep Kalvinis yang sangat merendahkan Allah. Dimana Allah menjadi Pribadi yang tidak Mahatahu. Mengapa? Karena Allah harus menetapkan dahulu baru Ia tahu!

Apakah Alkitab mencatat, bahwa Allah mempengaruhi manusia? Ya! Allah bisa mempengaruhi, mencegah, dan menuntun manusia untuk melakukan sesuatu, tetapi Allah tidak memaksa atau menetapkan. Kej 20:6 “Aku tahu juga, engkau telah melakukan itu dengan hati yang tulus, maka Akupun mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia (Sara)” ; Mazmur 73:24 “dengan nasehatMu, Engkau menuntun aku dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan” Sekalipun Allah berdaulat mempengaruhi manusia, tetapi manusia itu berhak menolak atau menerima pengaruh dari Allah.

Ayat-ayat yang dipakai Kalvinis, bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu:

1. Amsal 16:1 “Manusia menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari Allah”
2. Amsal 16:9 “hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah jalannya”
3. Amsal 19:21 “banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.”
4. Amsal 20:24 “Langkah orang ditentukan oleh TUHAN, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan hidupnya?”
5. Amsal 21:1 “hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN dialirkanNya ke mana Ia ingin.”

Tetapi timbul satu pertanyaan, apakah ayat-ayat di atas menyatakan bahwa Allah menentukan segala sesuatu?

Amsal 6:1 Apakah Allah menetapkan segala perkataan manusia? Bila demikian Allahkah yang menetapkan manusia berbohong, menipu, memfitnah, menyumpah serapah orang lain? Kalau demikian Allah adalah sumber perkataan yang kotor dan najis. Maka Allah juga yang menetapkan nabi palsu bernubuat dan penyangkalan Petrus, Allah yang tetapkan? Apakah Allah yang Alkitab mengajarkan demikian?
Hati manusia menimbang-nimbang justru membuktikan hatinya bebas untuk memikirkan apa yang mau ia omongkan atau yang mau ia katakan. Allah yang Mahakudus tidak akan mengeluarkan yang najis dan kotor dari dalam diriNya. Ia tidak akan menghasut atau mempengaruhi manusia untuk mengatakan hal yang tidak benar atau tidak patut.
Amsal 16:9 “hal ini juga membuktikan, bahwa manusia bebas berfikir apa saja, tetapi Allah dapat mengintervensi atau mengubah rancangan manusia itu. Misalnya A mau membunuh X, tetapi Allah dapat membelokkan atau membatasi atau mencegah pembunuhan itu terjadi. Dengan cara apa? Tuhan punya berbagai cara untuk menyelamatkan manusia dari rancangan manusia yang tidak bertanggungjawab ataupun dari Iblis.

Amsal 19:21, Ya. Manusia bisa merancang apa saja dalam hatinya, tetapi Allah dapat mencegah rancangan manusia, bila bertentangan dengan kehendakNya. Hal ini juga membuktikan, bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang sejati. Dan ini bukan TAKDIR.

Amsal 20:21, dalam ajaran ayat ini juga membuktikan, bahwa raja bukanlah robot, tetapi hati raja bisa Tuhan pakai untuk melakukan kehendakNya tanpa memaksa atau memperkosa kebebasan si raja. Hal ini dapat ditemukan dalam Ezra 1:1-2 ”Allah menggerakkan hati Koresy” Koresy sadar, bahwa ia mendapat kasih karunia dari Allah, sehingga ia menjadi raja yang berkuasa. Allah menggerakkan hati Koresy melalui kesaksian Daniel dan kawan-kawan tentang Yehova Israel. Allah juga dapat menciptakan suatu “sikon” untuk tujuanNya. Allah membuat Ahasyweros tidak bisa tidur, sehingga ia pergi membaca, dan di sana ia melihat catatan tentang Mordekhai, dan maksud Allah terlaksana.

Ayat-ayat yang juga sering dipakai oleh Kalvinis:

Kisah Para rasul 2:23 “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.” Kalvinis akan berkata, bukankah semua terjadi sesuai dengan maksud dan rencana Allah? Dalam bahasa Yunani maksud dan rencana adalah boule dan prognosei , dimana prognosei berasal dari kata pro=sebelum dan gnowsis=pengetahuan, yang dalam KJV diterjemahkan foreknowledge. Artinya Allah tahu karena manusia itu berencana seperti itu. Dengan kata lain, Allah menetapkan karena kemahatahuanNya akan apa yang dilakukan manusia, bukan Allah mengetahui karena Allah telah menetapkan manusia untuk berbuat demikian.

Argumen Kalvinis: mana lebih dahulu boule atau prognosei. Memang dalam kalimat ini boule lebih dahulu. Sepertinya ayat ini mendukung Kalvinis, bahwa Penentuan dulu baru Allah tahu. Tetapi dalam hal ini tidak selalu seperti itu. Contoh ayat lain dalam 2 Timotius 1:9 “Dia yang telah menyelamatkan kita dan yang telah memanggil kita” Mana lebih dahulu, diselamatkan atau dipanggil? Kalau sudah diselamatkan untuk apa Allah memanggil dengan panggilan kudus? Kata “dan” dalam ayat ini memisahkan diselamatkan dan dipanggil, tetapi dalam hal ini diselamatkan dan dipanggil harus sama-sama benar untuk mendapatkan hal yang tetap atau sama. Atau dengan kata lain kata “dan” tidak harus selalu menyatakan urutan kejadian ataupun proses.

Kis 4:28 “untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”
Menurut Kalvinis ayat ini menyimpulkan, bahwa:
1. Yesus telah ditetapkan untuk dibunuh.
2. Allah telah menetapkan siapa yang akan membunuh Yesus

Dalam fakta benar bahwa Yesus telah mereka bunuh, tetapi Allah tidak pernah memaksa atau menentukan mereka untuk membunuh Yesus Kristus. Itu terjadi karena manusia itu sendiri memang akan melakukan hal demikian kepada Yesus. Yesus memang harus mati, tetapi tidak harus mereka yang menggenapi nubuatan itu. Seperti halnya kasus Yudas yang menjual Kristus. Kristus berkata, “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Apakah yang dimaksud oleh ayat ini? Mengapa Yesus berkata bahwa lebih baik dia tidak dilahirkan? Jadi, hal ini sangat jelas mengindikasikan adanya tanggung jawab manusia. Logikanya, kalau Allah yang telah menentukan, harusnya mereka dapat reward karena telah melakukan program Allah?

I Petrus 1:20 “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan” Ya. Benar bahwa Allah telah memilih Yesus sebelum dunia dijadikan dan bukan manusia yang dipilih sebelum dunia dijadikan.

Wahyu 13:8 “Kristus telah disembelih sebelum dunia dijadikan” Yesus memang telah ditetapkan menjadi penebus yang akan menanggung dosa manusia. Manusia belum tercipta, lalu mengapa Allah sudah menyediakan penebusan? Ya, benar bahwa Allah menyediakan penebusan melalui Kristus sebelum dunia dijadikan karena Allah tahu bahwa manusia yang diciptakanNya itu akan jatuh ke dalam dosa. Sama sekali tidak berarti Allah menetapkan manusia jatuh dalam dosa, tetapi manusia itulah yang memilih untuk menentang Allah dengan mengikuti Iblis dari pada laranganNya. Allah sudah mengetahui hal ini sebelum manusia diciptakan dan secara otomatis sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.

Kaum Kalvinis terlalu mengabaikan tanggungjawab manusia atas penyaliban Yesus. Dalam Kisah Para Rasul 2:36 Rasul Petrus menuduh bangsa Israel menyalibkan Yesus dan Allah menuntut tanggungjawab dari bangsa Israel. Dalam Kis 4:10; 7:52 Petrus menyalahkan orang-orang Yahudi yang telah menyalibkan Yesus.

Yesaya 45:7 “Yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semua ini”

Kalvinis sering memakai ayat ini untuk membuktikan, bahwa Allah telah menentukan segala sesuatu termasuk yang baik dan yang jahat terhadap seseorang. “Malang” “Evil” (KJV), artinya “jahat” bila diperhatikan sekilas tanpa melihat atau bertanya, maka kita akan mengambil kesimpulan bahwa Allahlah yang merancangkan hal yang jahat. Yang harus kita pertanyakanlah adalah, mengapa Allah mendatangkan kemalangan kepada seseorang?

Karena Allah tidak pernah menciptakan atau menjadikan hati manusia jahat. Maka ketika manusia kena musibah itu karena dosa yang telah masuk ke dalam dunia. Ini adalah konsekuensi dari dosa yang telah masuk ke dunia.

Ratapan 3:38 “Bukankah dari mulut Yang Mahatinggi keluar yang buruk dan yang baik?” Dalam ayat ini seolah-olah Tuhan adalah sumber yang buruk dan yang baik. Ayat ini sama sekali tidak salah karena Allah akan mendatangkan hal yang buruk atau hukuman bagi yang melanggar kesucian Allah. Dan Allah akan mendatangkan hal yang baik atau berkat kepada mereka yang percaya dan melakukan perintahNya. Ini adalah konsekuensi dari melakukan dan tidak melakukan kehendak Allah. Hal ini dapat dibandingkan dengan ayat-ayat dalam Kitab yang yang lain. Karena Alkitab tidak akan mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan sifat-sifat Allah. Allah yang Mahakudus tidak akan tercemari dengan dosa atau kenajisan. Karena itu, tidaklah mungkin Allah menjadi sumber kejahatan sekaligus sumber kebaikan. Baik itu adalah sifat Allah, sementara buruk itu adalah sikap Allah kepada mereka yang tidak melakukan atau mengikuti kehendakNya. Hal ini dapat dilihat dalam ayat-ayat sebagai berikut:
1. Ayub 34:10 “Oleh sebab itu, kamu orang-orang yang berakal budi dengarkanlah aku: Jauhlah dari pada Allah untuk melakukan kefasikan dan dari pada Yang Mahakuasa untuk berbuat curang” 
2. Mazmur 5:5 “Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang padaMu”
3. Habakuk 1:13 “MataMu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?”
4. Yeremia 19:5 “mereka telah mendirikan bukit-bukit pengorbanan bagi Baal untuk membakar anak-anak mereka sebagai korban bakaran kepada Baal, suatu hal yang tidak pernah Aku perintahkan atau Kukatakan dan yang tidak pernah timbul dalam hatiKu.” 

Ia adalah TUHAN, Allah yang Maha Suci dan tidak pernah timbul sesuatu yang buruk dari dalam diriNya. Kemalangan yang manusia alami itu disebabkan oleh dosa manusia itu sendiri. Sekali lagi ini adalah konsekuensi dari dosa yang telah masuk ke dalam dunia.

Kalvinis melihat Efesus 1:11 “kami dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya”
Allah bekerja dalam segala sesuatu adalah benar, tetapi Allah tidak menetapkan segala sesutau bila bertentangan dengan sifa-sifatNya. Allah bisa memakai siapa dan apa saja, termasuk memakai Iblis untuk malaksanakan kehendakNya (kasus Ayub, Allah menguji Ayub).

Ada keputusan Allah, itu benar. Tetapi Allah tidak menetapkan segala sesuatu yang bertentangan dengan sifat-sifatNya. Berbeda dengan konsep Kalvinis yang percaya, bahwa Allah telah menetapkan segala sesuatu termasuk:
1. Masuknya dosa
2. Malapetaka
3. Kesombongan
4. Dusta dan lain-lain

Dalam konsep Alkitab mengajarkan bahwa Allah mengijinkan segala sesuatu terjadi, tetapi setiap hal yang terjadi pasti ada konsekuensinya. (Postingan berikut akan membahas topik 9 hal yang membuktikan bahwa Allah tidak menetapkan segala sesuatu.
sumber: http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/unconditional-election-bag-3.html

No comments: